Dalam pekerjaan menjadi sekretaris, mempelajari tentang konsep budaya organisasi sangat penting.
Budaya organisasi merupakan ciri atau karakteristik untuk membedakan dengan organisasi lain. budaya organisasi juga berfungsi untuk norma perilaku serta nilai-nilai yang dipahami dan diterima oleh setiap anggota organisasi dan yang digunakan sebagai dasar tata tertib organisasi.
Pengertian Budaya Organisasi Menurut Ahli :
Sarpin (1995)
Menurut Sarpin Pengertian budaya organisasi adalah suatu sistem nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formal satu sama lain untuk kemudian menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Mondy dan Noe (1996)
Menurut Mondy dan Noe budaya organisasi merupakan sebuah sistem nilai bersama, kepercayaan, serta kebiasaan pada suatu organisasi yang berinteraksi dengan struktur formalnya hingga kemudian menciptakan norma-norma perilaku.
Hodge, Anthony, dan Wales (1996)
Menurut Hodge, Anthony, dan Wales budaya organisasi adalah konstruksi dua tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang tidak dapat diamati dan yang dapat diamati.
Robbins
Menurut Robbins budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dimiliki oleh setiap anggota yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Karakteristik Budaya Organisasi :
Robbins & Coulture mendefinisikan 7 karakteristik yang berorientasi pada 7 indikator kesuksesan yakni: 1) resiko, 2) ketepatan, 3) keberhasilan, 4) SDM, 5) kerjasama, 6) kompetisi, dan 7) peraturan. Ke tujuh orientasi yang menjamin keberhasilan diterjemahkan ke dalam 7 karakteristik budaya organisasi. Dengan kata lain budaya organisasi yang baik memiliki 7 indikator sbb:
1. Inovasi (Orientasi pada resiko)
2. Perhatian pada Detail (Orientasi pada presisi)
3. Fokus pada Hasil (Orientasi pada keberhasilan)
4. Tekanan ada pada SDM (Orientasi pada keadilan)
5. Kerjasama (Orientasi pada kebersamaan)
6. Agresifitas (Orientasi pada kompetisi di sektornya)
7. Stabilitas (Orientasi pada peraturan)
Ciri - ciri Budaya Organisasi :
1. budaya organisasi yang lemah
terjadi jika keyakinan, aturan berperilaku, tradisi, dan kebiasaannya tidak tampak jelas di mata anggota-anggotanya. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor misalnya ketidaktahuan karyawan akan prinsip apa yang dianut organisasi, ketidakjelasan antara kebijakan dan apa yang harus dilakukan kinerja yang rendah untuk mencapai kesuksesan, dll.
Karakteristik Budaya Organisasi yang Lemah :
Budaya yang lemah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Hal ini ditandai dengan karakteristik tak sehat di bawah ini yang menjadi penghalang bagi organisasi untuk mencapai tujuannya dan menggapai keberhasilan.
- Pemikiran yang sempit dan terisolasi. Organisasi dengan karakter ini merasa bahwa ia memiliki semua jawaban terhadap segala masalah. Ia tidak sudi mencari jalan dan pendekatan lain ke luar dirinya.
- Menolak perubahan. Saat lingkungan berubah dan organisasi enggan berubah maka organisasi akan lumpuh. Organisasi melakukannya karena tidak mau ambil resiko dan tidak memfokuskan diri pada inovasi atau kesuksesan.
- Memiliki situasi politik internal. Dalam sebuah budaya yang kental isu politiknya maka semua masalah akan diatasi melalui kekuasaan. Oposisi atau koalisi akan menjadi sumber perubahan. Fokus pada pertarungan kuasa ini menghasilkan kinerja yang rendah karena kebutuhan organisasi dikalahkan dengan kebutuhan akan kuasa.
- Promosi yang tidak sehat. Adanya ketidakadilan yang dirasakan karyawan terhadap proses promosi sudah barang tentu menjadi kelemahan bagi organisasi. Dalam situasi seperti ini maka pihak yang memiliki kompetensi untuk membawa organisasi ke kesuksesan justru bisa terjegal.
2. budaya organisasi yang kuat
karakteristik budaya organisasi yang kuat :
Budaya yang kuat menghasilkan kinerja yang tinggi karena budayanya menggiring para anggota untuk menjadi result oriented (berorientasi pada hasil) sehingga terdorong untuk memberikan hasil yang terbaik.
- Memiliki cara dan alat yang tepat sebagai pendukung. Misalnya kebiasaan, symbol, bahasa, kebijakan, slogan, keterikatan, dll
- Sangat berorientasi pada SDM. Kepedulian terhadap SDM bisa dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara itu focus pada ketenangan kerja karyawannya.
- Berorientasi pada hasil ditunjukkan melalui besarnya investasi yang dilakukan organisasi untuk waktu dan sumberdaya guna memastikan bahwa SDM nya bisa bekerja cepat dan berkinerja tinggi dalam mencapai target. Kontrol dan pengghargaan menjadi salah satu alat yang dipakai
- Menekankan pada keberhasilan dan keunggulan. Untuk mendapatkan ini, pihak manajemen mendorong proses pelaksanaan dan kebijakan serta melakukan investasi untuk pengadaan sumberdaya yang dibutuhkan sehingga karyawan bisa menjalankan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Adanya semua itu menciptakan tekanan yang bersifat konstruktif untuk memberikan yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar